Belakangan waktu ini, sedang ramai diperbincangkan mengenai sound system besar yang dikenal dengan istilah sound horeg. Umumnya, sound horeg digunakan untuk acara konvoi, hajatan, dan hiburan rakyat. Tujuannya untuk menghibur masyarakat dengan lagu yang dimainkan dengan speaker besar. Akan tetapi, sound horeg banyak dikecam karena memiliki dampak yang berbahaya bagi pendengaran.
Sound horeg memiliki intensitas kebisingan mencapai 130 desibel (dB), sedangkan penggunaan sound system umumnya hanya 60 - 80 dB saja. Tentunya intensitas kebisingan ini jauh melampaui batas aman untuk didengarkan, di mana batas aman paparan suara yang dapat diterima hanya maksimal 85dB selama 8 jam sehari.
Apabila paparan suara mencapai 100 dB, manusia hanya dapat menoleransi selama 15 menit. Lebih dari itu, akan ada risiko yang mungkin terjadi pada pendengaran. Bagi sebagian orang, sound horeg memang menjadi hiburan sederhana yang menyenangkan, tetapi kita perlu memperhatikan dampak lain yang memengaruhi kesehatan telinga dan jantung. Berikut ini di antaranya :
Paparan suara keras dapat berpengaruh terhadap kesehatan telinga. Hal ini dapat terjadi ketika kita berdiam diri terlalu dekat dengan speaker saat acara musik berlangsung. Bahayanya mungkin tidak dirasakan secara langsung, tetapi jika telinga terkena paparan suara keras secara berulang dan dalam waktu lama, dampak kesehatannya sangat mungkin terjadi.
Terkena paparan suara keras dalam waktu lama akan merusak rambut-rambut halus pada koklea dalam telinga yang berfungsi untuk menangkap getaran suara. Apabila sel rambut tersebut rusak, maka akan mengganggu kemampuan pendengaran. Beberapa jenis gangguan yang mungkin terjadi adalah tinnitus, sampai hilang pendengaran secara permanen.
Paparan suara keras bukan hanya berpengaruh terhadap kesehatan telinga saja, melainkan dapat memengaruhi kesehatan jantung. Suara keras yang diterima oleh telinga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, karena suara bising dapat memberikan reaksi terhadap amigdala, yaitu bagian otak yang berperan dalam mengelola emosi dan rasa takut.
Paparan suara keras yang diterima terutama pada malam hari akan membuat orang sering terbangun ketika tidur, sulit merasakan tidur nyenyak, dan dapat menyebabkan insomnia. Akibatnya, tubuh akan lebih mudah lelah, dan menurunkan konsentrasi yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Gangguan tidur yang dialami dalam jangka panjang dapat memengaruhi kesehatan tubuh, karena dapat memicu penyakit lain, seperti diabetes, obesitas, depresi, dan serangan jantung.
Paparan suara keras dapat menganggu psikologis seseorang. Hal ini berkaitan dengan gangguan tidur pada poin sebelumnya. Ketika seseorang mengalami gangguan tidur, maka akan lebih rentan terkena depresi, stres, hingga gangguan kecemasan, terutama ketika terpapar suara keras dalam waktu lama.
Tubuh yang merasa terganggu akibat suara bising akan merangsang otak untuk melepas hormon stres dan memicu peradangan dalam tubuh dan saraf. Hal tersebut dapat membuat seseorang terkena gangguan mental dan kecemasan dalam jangka panjang.
Anak yang terpapar suara keras dapat memengaruhi perkembangan otak, terutama dalam hal kemampuan berbahasa dan belajar. Hal tersebut karena anak yang sering terpapar suara keras memiliki left inferior frontal gyrus (IFG) yang lebih tipis. IFG adalah bagian otak yang terlibat dalam fungsi bahasa, memahami kalimat, mengontrol ucapan, dan merangkai kata.
Gangguan otak yang terjadi akibat paparan suara keras dapat menyebabkan masalah pembelajaran anak, sehingga anak akan lebih sulit dalam memahami bahasa, merangkai kata, dan cenderung sulit berbicara.
Bagi sebagian orang, sound horeg memang menjadi hiburan sederhana yang menyenangkan, tetapi kita perlu memperhatikan dampak lain yang memengaruhi kesehatan telinga dan jantung. Di beberapa daerah, sudah banyak yang terkena dampak sound horeg. Jangan sampai hiburan ini memberikan dampak buruk yang lebih besar lagi. Yuk, sama-sama melindungi kesehatan telinga sejak dini!
Sumber :